Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Asam Salisilat


Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Nama IUPAC
Asam 2-hidroksibenzoat
Sifat
C7H6O3
138,12 g/mol
159 °C
211 °C (2666 Pa)
Senyawa terkait
Kegunaan Asam Salisilat
Ø  Aspirin digunakan untuk obat sakit kepala
Ø  Asam salisilat juga digunakan untuk anti jamur pada salep untuk mengobati penyakit kulit

Procedure dalam Alkalimetri
Timbang saksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 25 ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N , tambahkan fenolfalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV.




Daftar Pustaka
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hlm.51-52




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KAJIAN KAPASITAS DAN EFEKTIVITAS RESIN PENUKAR ANION UNTUK MENGIKAT KLOR DAN APLIKASINYA PADA AIR


  1. Definisi Argentometri
Argentometri merupakan metode analisis volumetri yang digunakan untuk menentukan endapan dengan perak nitrit atau AgNO3 pada suasana tertentu.
  1. Prosedure Kerja Clor secara Argentometri
Penetapan kadar timbang seksama 4 g, larutkan dalam 10 ml air. Tambahkan 30,0 ml natrium hidroksida 1N, biarkan selama 2menit. Titrasi dengan asam sulfat 1N menggunakan indikator larutan fenolftalein P.
1 ml natrium hidroksida 1N setara dengan 165,4 mg C2H3Cl3O2 (Farmakope, 1979)
  1. Cara Kerja
Penentuan waktu jenuh resin
            Dibuat larutan standar klor 400 ppm selanjutnya dipipet 40 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan akuades sampai tanda batas (sebanyak 9 botol), selanjutnya dimasukkan ke dalam kolom resin dan didiamkan masing-masing dengan variasi waktu 60 - 330 menit. Kemudian efluen dari masing-masing waktu dipipet 10,0 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml indicator K2CrO4 dan 1 ml larutan NaHCO3, kemudian dititrasi dengan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata.
  1. Reaksi Kimia
NaX(aq) + AgNO3                       AgX(aq) + NaNO3(aq)
Mula-mula Ag yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang bersal dari indikator K2Cr04 yang ditambahkan dan membentuk endapan Ag2Cr04 yang berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai.
  1. Perhitungan Kadar
Jumlah klor yang terikat oleh resin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
            W  =   C1 – C2    X  V  X   1
                        1000                Br
Keterangan :
W         : jumlah klor yang terikat oleh resin (mg/g)
C1                  : konsentrasi klor sebelum lewat resin (ppm)
C2                  : konsentrasi klor sebelum lewat resin (ppm)
V          : volume klor yang digunakan
Br         : berat resin yang digunakan
Efektivitas resin dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Efektivitas resin = C1 – C2       x 100%
        C1
Keterangan :
C1                  : konsentrasi klor sebelum lewat resin (ppm)
C2                  : konsentrasi klor sebelum lewat resin (ppm)
                                                     
Sumber Mata Air
Kadar Klor Sebelum lewat Resin
Kadar Klor Setelah lewat resin
Efektifitas (%)
A
260,33
23,67
90,91
B
295,83
71,00
79,00
C
284,00
53,25
81,25

  1. Daftar Pustaka
Totok Sutrisna, C., 1991, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Bawa putra, A. A., 2007, Efektifitas dan Kapasitas Resin dengan Sistem Batch dalam Mengikat Nitrat dan Aplikasinya pada Air dari Sumber Mata Air di Desa Sedang, Ecotrophic, 2 (2) : 62-65










  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gram staining


 
I. Objective: to distinguish between bacteria that are gram positive and gram-negative
 
II. Principle: · Gram positive: strong binding Bacteria major paint (g A), not faded with a laxative (g C), and does not bind strong opponents paint (g D) so that the cells of purple bacteria. · Gram negative: Bacteria do not bind the strong primary paint (g A), washed out by a cat laxative (g c), and binds tightly to paint the opponent (g D), so the bacterial cells are red.
     
III. Tools and Materials · Sample bacteria · Object glass · Ohse round · Rack painting · Cat: g A, g B, g C, g D · Methylated and methylated burner · Microscope · Oil immersion
      
IV. How it Works A. Making Preparations 1. Prepare a glass object clean, dry, fat-free and sterilized over a flame. 2. Write the sample code on the back of the glass object 3. Sterilize ohse above the burner methylated 4. Homogenkan sample, then take 2-3 ohse aseptic bacterial sampling and averaging on the object glass. 5. Wait until dry and then fixation 3x above the burner methylated B. Painting 1. Flood preparations with gram A for 2-5 minutes 2. discard the remaining paint without rinsed, Flood with gram B for 30-40 seconds 3. dispose of the remaining paint, wash with running water, decolorisasi with gram C to fade. 4. wash with running water, Flood with gram D for 2-3 minutes 5. dispose of the remaining paint, wash with running water, dry wind 6. observe under a microscope with 1000x magnification with oil immersion
        
V. Results:
Shape: rod Composition: lined Cell color: purple Cat: grams Reaction paint: gram-positive Organelle: - Organelle Color: - Background: pink

      
VI. Conclusions: In the samples found bacteria are gram positive rod-shaped
    
VII. Discussion: Painting grams Painting was initially developed by experts hitologi namely Christian Gram (1884). Painting gram includes 4 levels: 1. provision of primary paint (paint crystal violet solution, the color purple) 2. intensification of the major paint denganmenambahkan mordan solution 3. laundering (Decolorize) with alcohol solution 4. providing cover paint (paint the opponent) with a solution of safranin red paint. The factors that cause variations in the painting gram: a. Changes in acidity b. Storage ways of painting c. Medium factor d. Age of bacteria e. Special treatment
  
VIII. Bibliography

Anonim, 1989, Bakteriologi Umum, Departemen Kesehatan RI : Jakarta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asidosis

Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan  dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini.
PATOGENESIS
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer (penyangga) pada referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
CO2 +  H2O   <—->  H2CO3
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveol
paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3-
H2CO3 <—-> H+ +  HCO3-
Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk secara dominan  sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk membentuk ion-ion bicarbonat  (HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+) sebagai berikut :
NaHCO3 <—-> Na+ +  HCO3-
Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan mendapatkan sebagai berikut :
CO2 + H2O  <—->   H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam disangga oleh HCO3 :
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk. Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh.
ETIOLOGI
Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum seperti :
1.    Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk di tubuh.
2.    Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
3.    Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan
4.    Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)
Disini penulis akan sedikit membahas beberapa penyebab yang sering terjadi pada keadaan asidosis metabolik :
-    Asidosis di Tubulus Ginjal
Akibat dari gangguan ekresi ion Hidrogen atau reabsorbsi bikarbonat oleh ginjal atau kedua-duanya. Gangguan reabsorbsi bikarbonat tubulus ginjal menyebabkan hilangnya bicarbonat dalam urine atau ketidakmampuan mekanisme sekresi Hidrogen di tubulus ginjal untuk mencapai keasaman urin yang normal menyebabkan ekresi urin yang alkalis.
-    Diare
Diare berat mungkin merupakan penyebab asidosis yang paling sering. Penyebabnya adalah hilangnya sejumlah besar natrium bicarbonat ke dalam feses, sekresi gastrointestinal secara normal mengandung sejumlah besar bicarbonat dan diare ini menyebabkan hilangnya ion bicarbonat dari tubuh. Bentuk asidosis metabolik ini berlangsung berat dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak.
-    Diabetes Melitus
Diabetes melitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh pankreas yang menghambat penggunaan glukosa dalam metabolisme.Ini terjadi karena adanya pemecahan lemak menjadi asam asetoasetat dan asam ini di metabolisme oleh jaringan untuk menghasilkan energi, menggantikan glukosa. Pada DM yang berat kadar Asetoasetat dalam darah meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan asidosis metabolik yang berat.
-    Penyerapan Asam
Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dari makanan normal akan tetapi asidosis metabolik yang berat kadang-kadang dapat disebabkan oleh keracuan asam tertentu antara lain  aspirin dan metil alkohol.
-    Gagal Ginjal Kronis
Saat fungsi ginjal sangat menurun terdapat pembentukan anion dari asam lemak dalam cairan tubuh yang tidak eksresikan oleh ginjal. Selain itu penurunan laju filtrasi glomerulus mengurangi eksresi fosfat dan NH4+ yang mengurangi jumlah  bikarbonat.
( Guyton & Hall, 1997 )
Faktor Resiko Asidosis Metabolik ( Defisit HCO3- )
1.    Kondisi dimana banyak plasma dengan asam metabolik (Gangguan ginjal, DM)
2.    Kondisi tejadi penurunan bikarbonat (diare)
3.    Cairan infus yang berlebihan. (NaCl)
4.    Napas berbau
5.    Napas Kussmaul (dalam dan cepat)
6.    Letargi
7.    Sakit kepala
8.    Kelemahan
9.    Disorientasi
Gejala Klinik
¨    Asidosis Respiratorik
Keadaan ini timbul akibat ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO2 hasil metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis.
Beberapa masalah respiratorik dibagi berdasarkan sebabnya :
1. Penurunan pernapasan
Penurunan pernapasan melibatkan perubahan fungsi neuron dalam menstimulus inhalasi dan ekhalasi. Neuron mengurangi pada tingkat sel tubuh melalui zat/agen kimia dan kerusakan fisik. Penurunan kimia pada neuron dapat terjadi sebagai hasil agen anastesi, obat-obatan (narkotik) dan racun dimana merintangi darah menuju ke otak dan langsung menghalangi depolarisasi. Disamping itu ketidakseimbangan elektrolit (hiponatrium, hiperkalsemia dan hiperkalami) juga secara lambat menghalangi depolarisasi neural. Akibat  neuron  respiratorik  juga  akan  mengurangi  keadaan  fisik. Trauma sebagai hasil langsung kerusakan fisik untuk neuron respirasi atau menimbulkan hypoksia sampai iskemik yang dapat mengganggu atau menghancurkan kemampuan neuron untuk membangkitkan dan mengirimkan impuls ke otot skeletal yang membantu dalam respirasi. Neuron respirasi dapat rusak atau hancur secara tidak langsung apabila terdapat masalah di area otak karena meningkatnya tekanan intrakranial. Meningkatnya tekanan intrakranial ini karena adanya edema jaringan, dimana menekan pusat pernapasan (batang otak).
Trauma spinal cord, penyakit tertentu seperti polio adalah sebab yang aktual bagi kerusakan diaxon dan penyakit lain seperti mistenia gravis, dan syndrom Guillain-Barre yang mengganggu tranmisi  impuls nervous ke otot skeletal)
2. Inadequatnya ekspansi dada
Karena ekspansi ini penting untuk mengurangi tekanan di dalam rongga dada sehingga terjadi pernapasan. Beberapa kondisi membatasi ekspansi dada sehingga menghasilkan inadequatnya pertukaran gas walaupun jaringan paru sehat dan pusat pesan sudah dimulai dan transmisi yang tepat. Beberapa orang mengalami masalah dalam ekspansi dada dapat mencukupi pertukaran gas selama periode istirahat  sehingga retensi CO2 tidak terjadi pada waktu itu. Bagaimanapun meningkatnya aktivitas atau kerusakan pada jaringan paru menghasilkan permintaan untuk pertukaran gas dimana seseorang tidak dapat memenuhinya, hasilnya acidemia. Tidak adekuatnya ekspansi dada dapat dihasilkan dari trauma skeletal atau deformitas, kelemahan otot respirasi. Masalah skeletal yang membatasi perpindahan pernapasan dalam dinding dada jika terdapat kerusakan tulang atau malformasi tulang yang menyebabkan distorsi dalam fungsi dada. Struktur tulang dada yang tidak berbentuk serasi dapat membentuk deformasi pada rongga dada dan mencegah penuhnya ekspansi pada satu atau kedua paru. Deformitas skeletal mungkin congenital: hasil dari kesalahan pertumbuhan tulang ( seperti skoliosis, osteodistropii renal, osteogenesis imperfecta dan syndrom Hurler’s) atau hasil yang tidak seimbang dari degenerasi jaringan tulang (osteoporosis, metastase sel kanker).
Kondisi kelemahan otot respirasi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan kelelahan.
3. Obstruksi jalan napas
Pencegahan perpindahan masuk dan keluarnya udara pada paru melalui bagian atas dan bawah pada obstruksi jalan napas dapat menimbulkan pertukaran gas yang tidak efektif, retensi CO2 dan acidemia. Jalan napas bagian atas dan bawah dapat terobstruksi secara internal dan eksternal. Kondisi eksterna yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk tekanan yang kuat pada daerah leher, pembesaran nodus lympa regional. Sedangkan kondisi internal yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk masuknya benda asing pada saat bernapas, konstriksi otot halus bronkial dan pembentukan edema pada jaringan luminal.
Obstruksi jalan napas bagian bawah terjadi melalui kontriksi otot halus, pembentukan jaringan luminal, pembentukan lendir yang berlebihan. Kondisi umum yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas bagian bawah yaitu karena terlalu lama menderita penyakit inflamasi (bronchitis, emphysema dan asma) dan dan masuknya bahan-bahan iritan seperti asap rokok, debu batu bara, serat asbes, serat kapas, debu silikon dan beberapa partikel yang mencapai jalan napas bagian bawah.
4. Gangguan difusi alveolar-kapiler
Pertukaran gas pulmonal terjadi oleh difusi di persimpangan alveolar dan membran kapiler. Beberapa kondisi dimana mencegah atau mengurangi proses difusi karena dapat meretensi CO2 dan terjadi asidemia. Masalah difusi dapat terjadi pada membran alveolar, membran kapiler atau area diantara keduanya.
Asidosis respiratorik sering terjadi akibat kondisi patologis yang merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru untuk mengeliminasikan CO2. Ada beberapa hal yang menyebabkan keadaan asidosis respiratorik yaitu :
-   gangguan sentral pada pusat pernapasan.
-   penyakit   otot-otot   bantu   pernapasan    misal   mistenia  gravis,  sindrom
Guillain- Barre dan akibat obat yang merelaksasi otot.
-   gangguan   eksfisitas  saluran   napas  seperti  fibrosis   pulmonal,  penyakit
intestinal     paru.
-   obstruksi (empisema, asma, bronkitis, bronkhiolitis).
Faktor Resiko Asdidosis Respiratorik yang lain :
1.    Kondisi paru yang akut dimana merubah O2 atau CO2 pada saat terjadi pertukaran gas di alveolar (seperti pnemonia, edema pulmonar akut, aspirasi pada tubuh luar, tenggelam)
2.    Penyakit paru kronik (asma, kista fibrosis atau empisema)
3.    Overdosis pada narkotik atau sedatif sehingga menekan tingkat dan kedalaman pernapasan
4.    Cidera kepala sehingga mempengaruhi pusat pernapasan.
Tanda Klinik  ( Akut )
1.    Meningkatnya nadi dan tingkat pernapasan
2.    Pernapasan dangkal.
3.    Dyspnea
4.    Pusing
5.    Convulsi
6.    Letargi
Tanda Klinik  ( Kronik )
1.    Kelemahan
2.    Sakit kepala
PENATALAKSANAAN ASIDOSIS
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi keadaan yang telah   menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini menjadi sulit terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan fungsi paru atau gagal ginjal.
Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium bicarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bicarbonat diabsorbsi dari traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan bagian bicarbonat pada sistem penyangga bicarbonat sehingga meningkatkan pH menuju normal. Natrium bicarbonat dapat juga diberikan secara intravena. Untuk pengobatan asidosis respiratorik dapat diberikan O2 dan juga obat-obatan yang bersifat broncodilator.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Metabolik :
1.    Monitor nilai Arterial Gas Darah
2.    Jika diperintah berikan IV sodium bicarbonat
3.    Koreksi masalah pokok yang terjadi.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Respiratorik :
1.    Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik, O2 sesuai perintah.
2.    Jaga keadequatan hidrasi (2 – 3 L cairan perhari)
3.    hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.
4.    Monitor intake dan output cairan, TTV,  arteri gas darah dan pH.
PENGUKURAN KLINIS DAN ANALISIS ASIDOSIS
Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga pengukuran dari suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat plasma dan PCO2.
-  Dengan  memeriksa   pH  seseorang  dapat   menentukan   apakah  ini  bersifat
asidosis  jika nilai pH kurang dari 7,4.
-  Langkah kedua adalah memeriksa PCO2 plasma dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk bicarbonat 24 mEq/L Bila gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO2 plasma meningkat. Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik sederhana adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan peningkatan konsentrasi bicarbonat plasma setelah kompensasi ginjal sebagian.
Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH plasma. Gangguan utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat plasma. Oleh karena itu pada asidosis metabolik, seseorang dapat mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat plasma rendah dan penurunan PCO2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.


daftar pustaka
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/asidosis/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dehidrasi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
·    kekurangan zat natrium;
·    kekurangan air;
·    kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi
1. Dehidrasi hipertonik yaitu : hilangnya air lebih banyak dari natrium.
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
2. Dehidrasi isotonik yaitu : hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama.
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).
3. Dehidrasi hipotonik yaitu : hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air.
Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
Kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat dinamis menjaga manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan.
Ketika keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan muncul. Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi kencing di ginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak banyak. Nah, air yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang hilang saat beraktivitas normal seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau buang air besar.
Dehidrasi kebanyakan disebabkan kondisi tertentu. Misalnya penyakit macam diare, muntah, dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan tidak segera menggantinya dengan minum.
Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air, tapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Tak heran tubuh akan langsung merespons dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2 persen cairan tubuh). Mulanya adalah rasa haus yang teramat sangat. Mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang. Produksi kencing pun menurun.
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 persen dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual.
Ketika cairan yang hilang mencapai 5 persen-6 persen dari berat badan, frekuensi nadi meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat.
Kehilangan cairan tubuh 10 persen-15 persen dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan kesadaran. Dan apabila mencapai lebih dari 15 persen akan mengakibatkan kegagalan multi-organ dan mengakibatkan kematian.
Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
Dehidrasi ringan
·    Muka memerah
·    Rasa sangat haus
·    Kulit kering dan pecah-pecah
·    Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
·    Pusing dan lemah
·    Kram otot terutama pada kaki dan tangan
·    Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
·    Sering mengantuk
·    Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
Dehidrasi sedang
·    Tekanan darah menurun
·    Pingsan
·    Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
·    Kejang
·    Perut kembung
·    Gagal jantung
·    Ubun-ubun cekung
·    Denyut nadi cepat dan lemah
Dehidrasi Berat
·    Kesadaran berkurang
·    Tidak buang air kecil
·    Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
·    Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
·    Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
·    Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Tips untuk mengatasi dehidrasi
1. Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
- Air putih yang higienis/air mineral
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.
- Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
- Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh.
2. Hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi.
3. Hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan
mencegah pemenuhan konsumsi cairan.
4. Kenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap dan berukuran pas.
5. Usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja.
Selebihnya, menyadari dan
mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit. Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda.

DAFTAR PUSTAKA
http://nursingbegin.com/dehidrasi/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gram-Färbung

I. Ziel: zwischen Bakterien, die sich unterscheiden grampositive und gramnegative

       
II. Prinzip:
· Grampositive: starke Bindung Bakterien großen paint (g A), nicht mit einem Abführmittel (g C) verblasst, und bindet nicht starken Gegner paint (g D), so dass die Zellen der Purpurbakterien.
· Gramnegativen: Bakterien binden nicht die starke primäre Farbe (g A), von einer Katze Abführmittel (g c) gewaschen, und bindet sich fest an den Gegner (g D), so dass die Bakterienzellen werden mit roter Farbe.

     
III. Werkzeuge und Materialien
· Probenvorbereitung Bakterien
· Objekt Glas
· Ohse Runde
¨ Einschub Malerei
· Katze: g A, G B, G C, D g
· Methylierter und methylierter Brenner
· Mikroskop
· Öl Eintauchen

      
IV. Wie es funktioniert
A. Vorbereitungen
1. Bereiten Sie ein Glas Objekt sauber, trocken, fettfrei und sterilisiert über einer Flamme.
2. Schreiben Sie die Beispiel-Code auf der Rückseite des Glases Objekt
3. Sterilisieren Ohse oberhalb des Brenners methylierte
4. Homogenkan Probe, dann dauert 2-3 Ohse aseptische Probenahme und bakterielle Mittelung über das Objekt Glas.
5. Warten Sie, bis er trocken ist und Fixierung 3x oberhalb des Brenners methylierte
B. Gemälde
1. Flood Zubereitungen Gramm A für 2-5 Minuten
2. verwerfen die restliche Farbe ohne gespült, mit Flood Gramm B für 30-40 Sekunden
3. Entsorgen Sie die restliche Farbe, mit fließendem Wasser waschen, mit decolorisasi Gramm C zu verblassen.
4. Waschen mit fließendem Wasser, Hochwasser mit Gramm D für 2-3 Minuten
5. Entsorgen Sie die restliche Farbe, waschen mit fließendem Wasser, trockener Wind
6. beobachten unter einem Mikroskop mit 1000x Vergrößerung mit Öl-Immersion

        
V. Ergebnisse:

Form: Stange
Zusammensetzung: ausgekleidet
Cell Farbe: lila
Cat: g
Reaction Farbe: grampositive
Organell: -
Organell Farbe: -
Hintergrund: rosa


      
VI. Schlussfolgerungen: In den Proben gefundenen Bakterien sind gram-positive stabförmigen

    
VII. Diskussion:
Gemälde Gramm
Malerei war zunächst durch Experten hitologi nämlich Christian Gram (1884) entwickelt.
Gemälde Gramm enthält 4 Ebenen:
1. Bestimmung der primären Farbe (Farbe Kristallviolett-Lösung, die Farbe Lila)
2. Intensivierung der großen malen denganmenambahkan Mordan Lösung
3. Geldwäsche (Entfärben) mit Alkohol-Lösung
4. es vorsieht Farbe (Farbe des Gegners) mit einer Lösung von Safranin roter Farbe.
Die Faktoren, die Schwankungen in der Malerei Gramm Ursache:
a. Veränderungen im Säure
b. Storage Möglichkeiten der Malerei
c. Mittlere Faktor
d. Alter von Bakterien
e. Spezielle Behandlung

  
VIII. Bibliographie
Anonym, 1989, Allgemeine Bakteriologie, Gesundheitsministerium von Indonesien: Jakarta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengecatan Kapsul Metode Burry



         I.    Tujuan          : untuk mengetahui adanya kapsul dalam bakteri
       II.    Prinsip :
sel bakteri akan berwarna merah/biru sesuai dengan warna yang diberikan. Kapsul akan berwarna transparan/ tidak berwarna dengan latar belakang hitam. Jika bakter berkapsul dicat menggunakan pengecatan metode burry.
     III.    Alat dan Bahan :
·        Sampel bakteri
·        Objek glass
·        Ohse bulat
·        Rak pengecatan
·        Tinta cina
·        Cat gram D
·        Spirtus dan pembakar spirtus
·        Mikroskop
·        Minyak imersi
      IV.    Cara Kerja
A.    Pembuatan Preparat
1.      Siapkan objek glass bersih, kering, bebas lemak dan sterilkan diatas nyala api.
2.      Tulis kode sampel pada bagian belakang objek glass
3.      Teteskan tinta cina di ujung kanan objek glass
4.      Sterilkan ohse diatas pembakar spirtus
5.      Ambil 2-3 ohse sampel bakteri campur dengan tetesan tinta cina tadi lalu dihomogenkan, aseptis.
6.      Tempelkan sisi objek glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
7.      kering anginkan, fiksasi 3x diatas pembakar spirtus
B.     Pengecatan
1.      Genangi preparat dengan gram D selama 3-5 menit
2.      Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
3.      Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dengan imersi oil
        V.    Hasil :
Bentuk                         : batang
Susunan                       : tersebar
Warna sel                    : merah
Cat                              : burry
Reaksi cat                    :           -
Organelle                     : kapsul
Warna organelle          : transparan
Background                : hitam
      VI.    Kesimpulan : Dalam sampel ditemukan bakteri batang dan berkapsul
    VII.    Pembahasan :
Semua bakteri membentuk kapsula, tetapi hanya ada beberapa spesies bakteri yang kapsulnya cukup tebal dan mudah diamati dengan mikroskop setelah diadakan pengecatan.
Kapsul mudah diwarnai dengan kombinasi pengecatan negatif dan pengecatan sederhana. Misal : pengecatan kapsul menurut Burry Giems.
  VIII.    Daftar Pustaka
Anonim, 1989, Bakteriologi Umum, Departemen Kesehatan RI : Jakarta







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS