Ketengikan adalah proses kerusakan minyak goreng yang menyebabkan
adanya citarasa dan bau yang tidak enak. Ini akibat dari proses
peruraian minyak karena rembesan air (hidrolisis) dan kerusakan minyak
karena adanya oksigen (oksidasi).
Penggorengan merupakan salah satu proses olahan pangan yang sabgat
populer. Penggorengan dapat didefinisikan sebagai proses pemasakan dan
pengeringan produk dengan media panas berupa minyak sebagai media pindah
panas. Penggorengan dari segi ilmiah sangat sulit karena terjadi
perpindahan panas dan massa secara simultan. Ketika bahan pangan
digoreng menggunakan minyak goreng panas, banyak reaksi komplek terjadi
di dalam minyak dan pada saat itu minyak akan mulai mengalami
kerusakan.
Selama penggorengan minyak dalam kondisi suhu tinggi, adanya udara
dan air yang dikandung oleh bahan menyebabkan minyak mengalami
kerusakan. Adanya interaksi antara produk dan minyak menyebabkan
terjadinya reaksi yang sangat komplek, akan terbentuk senyawa volatile
maupun nonvolatile yang akan memberikan tanda bahwa
minyak telah rusak.
Berdasarkan sifat fisikanya, kualitas minyak dapat diketahui dari
kandungan asam dienoat, warna, dielektrik konstan, titik asap, dan
viskositas. Berdasarkan perubahan kimia pada minyak, kandungan asam
lemak bebas, bilangan karbon, penentuan total senyawa polar dan
viskositas dapat digunakan untuk pengujian kualitas minyak goreng.
Kriteria minyak goreng yang baik dapat diketahui dengan membandingkan
beberapa sifat fisika-kimianya seperti dieletrik konstan, bilangan
peroksida, dan asam lemak bebas.
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya hidrolisa minyak menjadi
asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan indikator kesegaran suatu
minyak goreng, meskipun bukan menjadi satu-satunya indikator kerusakan.
Air dapat menghidrolisa minyak menjadi gliserol dan asam lemak bebas.
Proses ini dibantu oleh adanya asam, alkali, uap air, temperatur tinggi
dan enzim. Kandungan asam lemak bebas minyak meningkat selama pemanasan,
disebabkan peristiwa oksidasi dan hidrolisis. Pada proses ini terjadi
pemutusan rantai triglesirida menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol.
Kombinasi lamanya pemanasan dan suhu yang tinggi mengakibatkan
terjadinya beberapa reaksi penyebab kerusakan minyak. Reaksi-reaksi yang
terjadi adalah hidrolisa, oksidasi dan polimerisasi. Minyak yang rusak
akibat dari proses hidrolisa, oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang
tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial
yang terdapat dalam minyak. Minyak yang telah rusak tidak hanya
mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor
dari bahan pangan yang digoreng.
Reaksi oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh akan
menyebabkan terbentuknya peroksida, aldehid, keton serta asam-asam lemak
berantai pendek yang dapat menimbulkan perubahan organoleptik yang
tidak disukai seperti perubahan bau dan flavour (ketengikan). Oksidasi
disebabkan oleh udara yang ada disekitar saat pemanasan atau
penggorengan, umumnya proses ini berjalan lambat. Derajat oksidasi
ditandai dengan penyerapan oksigen, semakin lama dan tinggi suhu
pemanasan, proses oksidasi berjalan cepat. Oksidasi terjadi pada ikatan
tidak jenuh dalam asam lemak. Oksidasi dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida dengan pengikatan oksigen pada ikatan
rangkap pada asam lemak tidak jenuh.
Minyak mengalami oksidasi menjadi senyawa antara peroksida yang tidak
stabil ketika dipanaskan. Pemanasan minyak lebih lanjut akan merubah
sebagian peroksida volatile decomposition products (VDP) dan non
volatile decomposition products (NVDP). Senyawa-senyawa VDP dan NVDP
yang dihasilkan oleh senyawa antara peroksida seperti aldehid, keton,
ester, alkohol, senyawa siklik dan hidrokarbon, secara keseluruhan
membuat minyak menjadi polar dibandingkan minyak yang belum dipanaskan.
Peningkatan kandungan senyawa polar pada minyak sawit yang dipanaskan
berbentuk linear, peningkatan ini yang tertinggi dibandingkan dengan
minyak kedelai, shortening, dan beef tallow.
Salah satu parameter kerusakan minyak goreng adalah titik asap. Titik
asap adalah suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Semakin
tinggi titik asap, semakin baik mutu minyak goreng. Asap tipis yang
muncul saat pemanasan minyak merupakan tanda yang normal, namun jika
minyak mengeluarkan asap sangat banyak, menandakan minyak tidak layak
lagi digunakan.
Penggunaan jelantah (minyak goreng yang telah digunakan lebih dari
satu kali penggorengan) merupakan hal yang biasa di masyarakat.
Sebagian orang berpendapat makanan yang dicampur jelantah lebih sedap
dan sebagian lagi karena keterdesakan ekonomi. Minyak yang dipanaskan
secara berulang-ulang, menyebabkan proses destruksi minyak bertambah
cepat. Kadar peroksida meningkat pada tahap pendinginan dan akan
mengalami dekomposisi jika minyak tersebut dipanaskan kembali. Minyak
yang rusak akibat proses hidrolisa, oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang
tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial
yang terdapat dalam minyak.
ketengikan
16.03 |
Label:
Analis Kesehatan
Read User's Comments(0)
ANALISA ZAT PEWARNA
05.06 |
Label:
Analis Kesehatan
Kromatografi
kertas
Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring,
yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Bisa
menggunakan: air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat
digunakan.
Kromatografi
kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut
dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam
amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan
awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik
bagi mereka.
Kimiawan
Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang
menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat
campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena
kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang
teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai
ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal
sepanjang jarak tertentu. Dari nilai Rf, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Jenis Kromatografi Kertas
1.
Kromatografi
kertas satu arah
Dalam kromatografi kertas, fase diam
adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan pada garis dasar pinsil
pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang
minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang
sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang
berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya.
Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder
dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian
ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah
adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap
pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan
pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
2.
Kromatografi
kertas dua arah
Kromatografi
kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi
yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari
bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar.
Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut
mendekati bagian atas kertas.
Sangat menarik untuk mencoba menjelaskan kromatografi
kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang
berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa
penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas. Kompleksitas timbul
karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana
halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Kertas sebagai serat-serat
selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang
berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting
selama pengerjaan kromatografi kertas.
B.
Pembagian
Pewarna
Pewarna
adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan. Pewarna digunakan dalam makanan untuk :
1.
Memperbaiki
penampakan dari makanan yang warnanya memudar karena pemanasan.
2.
Memperoleh
warna yang seragam pada makanan yang warna alaminya tidak seragam.
3.
Memperoleh
warna yang lebih tua dari aslinya.
4.
Memperoleh
penampakan yang lebih menarik selama penyimpanan.
5.
Sebagai
indikator visual untuk kualitas.
6.
Mempertahankan
warna yang memudar karena sinar matahari.
Pewarna
Makanan Alami
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen)
yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna
ini telah digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat
warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi
berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Pada daftar FDA,
pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color
additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain
sebagai berikut:
1.
Daun suji
mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan, misalnya pada
dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
2.
Kunyit
(Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning
pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit
dapat mengawetkan makanan.
3.
Cabai merah,
selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna kapxantin yang
menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal
goreng.
4.
Gula merah,
selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya
pada bubur dan dodol. Selain contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat
menjadi bahan pewarna alami, misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi
warna merah, dan tomat warna oranye.
Untuk pewarna makanan digolongkan
berdasarkan kelarutannya dalam air. Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna
makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan
yang umum larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk,
butiran, pasta atau cairan. Pewarna jenis ini biasanya digunakan untuk mewarnai
minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus
sosis, dan lain-lain. Lake
merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat
tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok
ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang
tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak. Pigmen
pewarna Lake FD dan C
pigmen pewarna lake telah membantu untuk membuat makanan baru dengan tepat
dengan menyelesaikan masalah-masalah warna ketika warna terlarut (dapat larut)
tidak memuaskan. Pada makanan instan, dan campuran saus, minuman sarapan, dan
campuran kombinasi kue dan kue kering dari lake dan dyes digunakan.
Masing-masing menampilkan fungsi tertentu. Pewarna lake
juga digunakan dalam produk permen tablet dengan pengeringan pertama kali,
menghaluskan gula, rasa, dan pigemn warna dan memadatkan campuran.
Pewarna
Sintetis
Pewarna buatan untuk makanan
diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan
kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara
kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
-Warna kuning : tartrazine, sunset yellow, metanil
yallow
-Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, rodamin B
-Warna biru : biru berliant
Di antara
beberapa bahan tambahan makanan, yang sangat sering digunakan adalah pemanis
dan perwarna sintetik/pewarna makanan kue. Pemanis
sintetik sering digunakan oleh produsen pada makanan/minuman jajanan. untuk
mendapatkan rasa yang lebih manis dengan harga yang murah dibandingkan pemanis
alami (pewarna kue), yang
pemakaiannya menurut peraturan menteri kesehatan 208/ menkes/ per/ IV/ 85,
hanya digunakan pada penderita diabetes. Untuk
menghasilkan produk-produk Makanan yang bermutu harus menggunakan beberapa
jenis bahan tambahan makanan yang aman dikonsumsi dan telah diizinkan Depkes.
Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan untuk mendapatkan mutu produk yang
optimal. Dalam hal ini penggunaan bahan tambahan makanan, tentunya tidak
terlepas dari aspek-aspek pemilihan atau penetapan, pembelian, aplikasi, cara
mendapatkannya, ketersediaan bahan tambahan makanan dan peraturan
pemerintah mengenai bahan tambahan.
11 FD & C dyes telah diakui FDA
: Biru No 1, Biru No 2, hijau No 3, kuning No 5, Kuning No 6, Merah No 2, Merah
No 3, Merah No 6, Merah NNo 40, Orange B dan Merah Citrus No 2. Delapan mungkin
digunakan untuk makanan umum, sedangkan 3 terbatas untuk menggunakan spesifik:
FD dan C No 4 hanya untuk pewrana chery maraschino dalam jumlah tidak lebih
dari 150 ppm. Orange B hanya untuk mewarnai luar atau permukaan dari sosis yang
terbuat dari daging sapi dan saus dalam jumlah tidak lebih dari 150 ppm, merah
No 2 hanya untuk mewarnai kulit dari pada keseluruhan berat jeruk. (Weissler
1975)
http://fairuz-juwel.blogspot.com/2012/06/kromatografi-kertas.html
Langganan:
Postingan (Atom)