# Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam-basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (
secara stoikiometri, titran dan titer habis bereaksi ). Keadaan ini disebut
titik ekivalen. Adapun cara mengetahui titik ekivalen yaitu :
- Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi, titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekivalen
- Memakai indikator asam-basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam-basa adalah
indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi asam-basa adalah
asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umunya senyawa
organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan
warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam
larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak
mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk
terjadi perubahan warna seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan
indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL)
indikator ( 0,1 % dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 ml larutan
titran dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam-basa akan memiliki warna yang berbeda
dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk
indikator phenolpthalein (pp) seperti diatas dalam keadaan tidak terionisasi (
dalam larutan asam ) tidak akan berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam
keadaan terionisasi (dalam larutan basa).
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda-beda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena
anionya.
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic
dimana didalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali
anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga
bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu
perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya.
Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam
titrasi didasarkan pada jumlah zat pereaksi yang tepat saling menghabiskan
dengan zat tersebut. Sehingga berlaku : jumlah ekivalen analat = jumlah
ekivalen pereaksi atau ( V x N ) analat = ( V x N ) pereaksi. Maka jumlah
pereaksi harus diketahui dengan teliti sekali, sebagai berat gram ataupun
sebagai larutan dengan konsentrasi dan volume. Larutan yang diketahui dengan
tepat konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi diusebut larutan
standar/larutan baku, seperti dijelaskan diatas.
Telah dikemukakan, bahwa larutan NaOH dipakai untuk
titrasi asam, tetapi NaOH tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni.
Oleh karena itu, konsentrasi tepatnya tidak dapat dihitung dari beratnya NaOH
yang ditimbang dan volume larutan yang dibuat walaupun kedua-duanya dilakukan
secara cermat. Larutan NaOH ini harus distandarisasi atau dibakukan terlebih
dahulu yakni ditentukan konsentrasinya yang setepatnya atau sebenarnya. Cara
ini mudah untuk standarisasi atau pembakuan ialah dengan cara titrasi, misalnya
larutan NaOH itu dipakai sebagai titran untuk menitrasi suatu larutan standar.
Pembahasan
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion – hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa – senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri merupakan
penetapan kadar senyawa – senyawa yang bersifat asam dengan baku basa. Titrasi
asam-basa biasa digunakan dalam percobaan asidi-alkalimetri dimana penentuan
dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya.
Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan
sekunder. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu : Larutan standar primer dan
larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya
dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangannya.Adapun syarat-syarat
larutan standar primer ialah :
- Mempunyai kemurnian yang tinggi ( 100 % )
- Mempunyai rumus molekul yang pasti
- Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
- Mempunyai berat ekivalen tinggi sehingga kesalahan penimbangan dapat diabaikan
Beberapa contoh dari larutan standar primer antara
lain Na2CO3, asam oksalat, asam benzoat dll.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang
konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Adapun syarat – syarat larutan
standar sekunder :
- Derajat kemurniannya lebih rendah dari larutan primer
- Berat ekivalennya tinggi
- Larutan relatif stabil didalam penyimpanan
Beberapa contoh dari larutan standar sekunder antara
lain NaOH, CH3COOH, HCl dll.
Prinsip titrasi asidi – alkalimetri adalah penetapan
kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya
dengan tepat. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses
titrasi. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran,
titran ditambahkan sedikit demi sedikit ( dari dalam buret ) pada titrat (
larutan yang dititrasi ) sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi
perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Prinsip dasar titrasi asam
basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan, kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Saat terjadi perubahan warna dan titrasi dihentikan,
maka proses ini disebut titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi
sama dengan titik ekivalen, yaitu titik dimana reaksi itu tepat lengkap.
Hasil percobaan asidi-alkalimetri kali ini,
menghasilkan warna merah lembayung pada larutan CH3COOH yang telah
ditetesi indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N yang pada awalnya
berwarna bening/jernih. Dan didapatkan jumlah NaOH yang dipakai untuk proses
titrasi 10 ml CH3COOH adalah sebanyak 3,45 ml. Adapun fungsi dari
penambahan indikator penolphtalein ialah untuk mengetahui apakah larutan yang
diuji bersifat asam ataupun basa dan titik akhir titrasi, karena indikator
adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau basa yang mampu
berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling
berubah warna dari bentyuk satu kebentuk yang lain pada konsentrasi H+
tertentu dan pada pH tertentu. Pada percobaan dilakukan duplo atau proses
titrasi tersebut dilakukan 2 kali yang bertujuan agar diketahui hasil titrasi
yang dilakukan relatif dekat dengan hasil pengukuran volume yang dibutuhkan
untuk mencapai titik ekivalennya.
Pada percobaan ada beberapa faktor-faktor kesalahan
yang menyebabkan tidak akuratnya hasil titrasi yang didapat antara lain ialah :
- Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi
- Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan
- Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan
- Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator
- Terlalu banyak meneteskan indikator pp
DAFTAR PUSTAKA :
http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/percobaan-asidi-alkalimetri/
Diakses pada tanggal 23 oktober 2012 pukul 20.31
0 komentar:
Posting Komentar